Futureistic – Prolog

IMG-20160509-WA0001

.

FUTUREISTIC – Prolog

Jung Hyo Rim’s life of love | JHR Present! 

Poster Art Proudly Present by : Chieva Chiezchua

.

.
Are you ready?

.

Si Won uring-uringan karena hal yang dipikirannya bertambah banyak. Deadline kerja harus di selesaikanya sesegera mungkin karena ia harus mengawasi gadis asing secara langsung. Peruntungan yang baik, jika bertemu dengan gadis bernama Annesa Jung itu maka ikatan pekerjaannya dengan mendiang Ruswith Jung atau terkenal dengan Nyonya Jung akan segera berakhir.

Sekarang ada sebuah beban yang sangat besar menyangkut gadis yang mungkin masih berusia dua-puluh tiga tahun jika ia masih hidup. Si Won harus segera menyerahkan semua warisan ibunya kepada gadis muda yang tidak di ketahui dimana rimbanya itu sekaligus membantunya sampai gadis itu benar-benar siap secara batiniah.

Usia dua puluh tiga tahun bukanlah usia yang matang untuk mengurusi seluruh kekayaan Ruswith Jung  yang berkisar di seluruh Korea Selatan sampai ke daratan China. Parahnya, Si Won sama sekali tidak tahu harus memulai dari mana untuk mencari Annesa Jung, tapi berbekal kenyataan bahwa Ayah dari gadis itu berada di Jepang, Si Won memutuskan untuk memulai semuanya dari Jepang.

“Si Won, ayo keluarlah! Sebentar lagi makan siang!” Suara Sun Ye terdengar lantang, tapi penuh kasih.

Si Won memandangi jam di dinding kamar yang di tumpanginya. Sekarang memang sudah tengah hari dan sesegera mungkin ia beranjak untuk membuka pintu, berharap wanita itu masih disana.

Tidak ada, Sun Ye mungkin sudah kembali ke ruang makan. Si Won memutuskan untuk menyusul. meskipun seharian ini ia berusaha untuk memanjakan kepalanya yang pusing, Si Won masih tetap harus mengisi perut agar punya tenaga untuk hidup.

Dengan langkah yang sangat lemah, Si Won berhasil turun dari lantai dua dan duduk di meja makan dengan tenang. Sun Ye memasak banyak makanan dan kelihatannya sangat kerepotan karena putranya, Hoon Jeon yang berusia tiga tahun masih berada dalam gendongannya.

“Perlu ku bantu?” Si Won menawarkan.

Sun Ye mengangguk senang. “Tolong bantu aku menggendong Hoon-ie! Dia agak merepotkanku dengan rengekannya seharian ini.

Si Won bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Sun Ye. Dengan tangkas ia mengambil alih Hoon Jeon sehingga sudah berada dalam pelukannya. Si Won membawa Hoon Jeon ke meja makan dan memangkunya dengan penuh kasih lalu memandanginya lekat-ekat.

Keponakan pertama dari Choi Jong Hoon dan Park Sun Ye, Hoon Jeon benar-benar bentuk mini dari ayahnya, tapi memiliki mata besar seperti ibunya. Setiap kali melihat Hoon Jeon, Si Won merasa sedang melihat kembali kenangan-kenangan masa lalu dimana dirinya harus merelakan Sun Ye untuk Jong Hoon.

Tidak tepat jika di katakan merelakan, Si Won pada saat itu juga tidak berfikir untuk menjadikan Sun Ye miliknya karena perasaannya selalu di lingkupi rasa ragu dan belum berakhir hingga sekarang.

Samchom, paka ako campan?”  Kata-kata Hoon Jeon itu membuat tawa Si Won meledak. Anak itu sudah bisa berbicara namun dengan aksen yang sedikit tidak biasa namun luar biasa dapat dipahami meskipun usianya yang balita.

“Hoon-ie, kau merasa tampan?”

Cencu syaja ako campan, Samchom. Samchom tayu? Ako pon pincar!”

Si Won kembali tertawa. Ia memandangi Sun Ye yang sedang menuangkan jus jeruk kedalam gelas-gelas di atas meja makan.

“Siapa yang mengajarinya berkata seperti ini?”

“Kau pikir siapa? Tentu saja ayahnya! Aku tidak pernah mengajarkannya mengatakan hal-hal konyol seperti itu!” jawab Sun Ye ketus.

Kali ini Si Won tidak punya pilihan lain selain percaya. Selama ia mengenal Park Sun Ye, wanita yang kini sudah menjadi kakak iparnya itu bukanlah orang yang suka memuji diri sendiri, Jong Hoon yang seperti itu. Sekali lagi Si Won memandangi Sun Ye. Siapa sangka gadis yang dulunya sangat gila kerja harus menikah di usia muda saat karirnya tengah menanjak dan meninggalkan cita-citanya.

Sekarang wanita itu bahkan sudah menjadi seorang ibu rumah tangga dengan sebuah Blouse Viscose berlengan dan rok katun bermotif bunga-bunga lalu bekerja di dapur seharian. Meninggalkan map-mapnya, rok mini, blazer dan kata-kata penuh hujatan yang selalu mengalir dari mulutnya selama di pengadilan.

“Jong Hoon sepertinya benar-benar sudah mengubah seorang Park Sun Ye. Sekarang kau benar-benar jadi ibu dan istri yang baik. Yang terlihat memang seperti itu,”

Sun Ye duduk di salah satu kursi meja makan bundar itu. “Aku suka dengan ini. Setidaknya sampai Hoon-ie siap di tinggal!”

Hoon Jeon menggeliat tiba-tiba. Ia memanggil-manggil ayahnya saat mendengar sebuah mobil berhenti di depan rumahyang tidak terlalu luas itu. Si Won menurunkan Hoon Jeon dari pangkuannya saat bocah itu merengek minta di turunkan dan pada akhirnya, Hoon Jeon sudah berlarian menuju ruang tamu. Si Won kembali menoleh kepada Sun Ye.

“Dia sudah pulang? Cepat sekali. Bukankah ini hari senin? Bukannya jam kerja masih lama berakhir?”

“Dia selalu pulang saat makan siang, Bung!”

“Wah, sepertinya bukan hanya Jong Hoon yang mengubah hidupmu, Nyonya Choi! Dia juga sudah berhasil kau ikat kuat-kuat, sampai harus pulang saat makan siang. Kalau saat itu aku yang menikah denganmu, aku rasa sekarang kita masih berada di Seoul dan menjalankan rutinitas hidup yang membosankan karena harus bertemu bukan hanya di rumah, tapi juga kantor. Hidupku akan terikat dan menjadi tidak bebas karena itu!”

“Itu karena Kau belum mencoba untuk mencintai seseorang lagi hingga saat ini!” Jong Hoon datang sambil menggendong Hoon Jeon.

Tangannya masih sempat memukul kepala Si Won dari belakang. Jong Hoon kemudian memindahkan Hoon Jeon kepangkuan ibunya lalu duduk di kursi yang kosong. Si Won menggosok-gosok kepalanya yang agak nyeri, Jong Hoon tidak main-main. Pukulannya sangat kuat dan cukup untuk membuat Si Won limbung, ia kesulitan memulihkan pandangan matanya yang mengabur karena itu.

“Aku akan menikah dengan wanita seperti Noona!”

“Kurasa sebentar lagi pikiranmu akan berubah kalau mengetahui seperti apa Annesa Jung itu.”

Si Won mengerutkan dahinya. Ia memang meminta Jong Hoon mencari gadis bernama Annesa Jung itu. Jong Hoon memiliki koneksi lebih luas untuk kawasan Jepang dan ia pasti bisa membantu Si Won dengan cepat. Terbukti, dalam waktu kurang dari tiga kali 24 jam, Jong Hoon sudah menunjukkan tanda-tanda kalau ia mengetahui sesuatu tentang Annesa Jung.

“Kau sudah menemukan anak itu? Dia dimana? Kapan aku bisa bertemu dengannya?”

“Kau ingin tahu?”

“Tentu saja, ini bagian dari pekerjaanku!”

“Jangan menyesal kalau begitu…” Jong Hoon menggantung ucapannya sambil menyuap makanannya, ia mengunyah dengan sangat perlahan karena semangat untuk menggoda Si Won yang sangat tinggi.

Si Won sudah tidak sabar lagi, ia sudah sangat penasaran dan tidak bisa menunggu. “Ayolah, beri tahu aku! Ini menyangkut pekerjaanku, Hyung!”

“Bila ku beritahu, ini bukan hanya menyangkut pekerjaanmu.” Jong Hoon menyunggingkan senyum nakalnya. “Tapi kalau kau memaksa apa boleh buat. Annesa Jung, berada di Hokaido dua hari yang lalu, ia tinggal bersama ayahnya yang merupakan penjabat daerah, tapi ada satu hal yang perlu kau tahu. Annesa Jung hanya pulang ke Hokaido pada hari libur karena di Hokaido yang ada hanyalah keluarga angkat. Ia tinggal bersama ayah kandungnya di Taiwan.”

“Taiwan? Berarti anak itu sangat dekat selama ini?”

“Tentu saja dekat. Dia selalu bersama dengan ibunya, seorang barista di sebuah coffee Shop terkenal disana. Terkenal sebagai Hyo Jung atau Hyo. Kau pernah bilang kalau Nyonya Jung memiliki anak angkat yang di panggilnya dengan nama Hyo Rim, sama dengan nama putrinya. Dan gadis itu ternyata adalah anak kandungnya. Satu lagi, pernah dengar nama keluarga Jung? Hyo Jung adalah Jung Hyo Rim! Bukan orang lain, Si Won. Kau memang berjodoh dengan anak itu.”

Si Won terbelalak. Jung Hyo Rim?

“Hyo Rim? Iya aku kenal dengannya.” Sun Ye tiba-tiba bersuara. “Coffe Shop tempatnya bekerja dekat dengan kedai milik Sun Hae kakak keduaku. Karyawannya juga selalu memesan makan siang dari kedai mie Sun Hae. Jadi dia anak seorang konglomerat? Hebat!”

Sun Ye berhenti mengucapkan kata-kata selanjutnya. Ia memandangi Si Won yang termenung lalu menoleh kepada suaminya. Jong Hoon pura-pura tidak tau dengan keadaan Si Won yang masih memandangi piring di hadapannya yang kosong.

Jung Hyo Rim.

Sepertinya membangkitkan sesuatu yang besar di ingatan Si Won. Sehingga menyita kesadarannya beberapa waktu.

 

2 pemikiran pada “Futureistic – Prolog

  1. Ping balik: Futureistic – Part 1 | JHR Present!

  2. kyaaa… sun ye.. aku kira pasangan nya yeye kkkkkk… apa hubungannya hyo rim sama siwon??? apa mantan pacar apa mereka pernah di jodohkan??? penasaran jadi nya… ngomong2 cover nya keren.. jempol untuk siva…

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar